Meski pernah menganggap Soeharto sebagai musuhnya, Abdurrahman
Wahid alias Gus Dur mengakui Pak Harto sebagai mantan Presiden RI yang paling memiliki
konsep dalam pembangunan Indonesia.
Tidak aneh jika Soeharto yang kini terbaring kritis mendapat
julukan sebagai Bapak Pembangunan. Di masa kepemimpinannya, Pak Harto selalu
membuat program jangka pendek pembangunan yang harus dicapai dalam konsep
Repelita-nya atau Rencana Pembangunan Lima Tahun. Tidak hanya itu, program
tinggal landas pun dicanangkan.
Dari keseluruhan konsep pembangunan Indonesia yang mengarah pada
industrialisasi, Soeharto juga sangat konsern dengan pembangunan di pedesaan.
Di era 80-an, tayangan televisi yang masih dimonopoli TVRI kerap menyiarkan
berita perjalanan Soeharto ke berbagai pelosok negeri.
Tidak hanya pemberitaan, untuk mensukseskan pembangunan
pedesaan, tayangan khusus pun dibuat, mulai Dari Desa ke Desa hingga Klompencapir
atau Kelompok Pendengar, Pembaca dan Pemirsa.
Dalam acara Dari Desa ke Desa, biasanya Pak Harto berkunjung ke
sebuah daerah. Dia ingin menyentuh langsung sendi kehidupan masyarakat desa. Di
tempat yang dituju itu biasanya akan digelar pertemuan antara Presiden dengan
perangkat desa dan petani.
Meski terkesan diatur dan pertanyaan yang akan diajukan sudah
ditentukan, dalam pertemuan itu terjadinya dialog antara mantan orang nomor
satu di republik ini dengan wong cilik.
'Warisan' Pak Harto lainnya yang masih diingat adalah
Klompencapir. Tayangan ini menampilkan petani-petani berprestasi dari berbagai
daerah. Mereka diadu kepintarannya dan pengetahuannya seputar pertanian, antara
lain soal cara bertanam yang baik dan pengetahuan tentang pupuk. Modelnya mirip
cerdas cermat.
Tidak lupa juga diperagakan cara bertanam yang benar. Lucu dan
informatif. Di tengah minimnya berita hiburan saat itu, tayangan ini cukup
menghibur.
Keberhasilan Klompencapir saat itu membuat salah satu menteri
Presiden SBY, Sofyan Djalil --saat masih menjadi menteri Komunikasi dan
Informasi-- meliriknya.
Sofyan berniat menghidupkan kembali Klompencapir lewat Kelompok
Informasi Masyarakat (KIM). Dengan KIM ini, Sofyan berharap masyarakat aktif
dalam mencari dan mengolah informasi untuk kepentingan mereka sendiri.
Sofyan beranggapan tidak semua program yang diterapkan di masa
Orba jelek. Program wong cilik itu memang terbukti manjur. Di masa itu
Indonesia sempat mencapai swasembada pangan dan mendapatkan penghargaan dari
FAO tahun 1984. Namun banyak juga yang menuduh hal itu sebagai keberhasilan
semu.
(Umi Kalsum – detikcom
http://soeharto-online.blogspot.com/2008/01/soeharto-dari-desa-ke-desa-hingga.html)
0 comments:
Post a Comment